Makalah Manajemen Keuangan Pendidikan

0
Oleh : Dyah Kurniasih 
BAB I
PENDAHULUAN
     A.    LATAR BELAKANG
Konsep ekonomi dan pembiayaan pendidikan yang khususnya pendidikan dengan ekonomi secara makro yang mengandung implikasi terhadap kebijakan dalam pembiayaan pendidikan. Dalam hubungan ini pendidikan dipandang sebagai alat vital dalam memajukan dan membuat suatu bangsa menjadi modern, yang mempunyai ketangguhan dalam menghadapi masalah kehidupan. Pendidikan juga merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas hidup atau meningkatkan standar hidup suatu bangsa.
Secara umum, konsep biaya mulai berlaku dalam produksi barang atau jasa, dimana biaya berkaitan dengan transaksi ekonomi yang dilakukan oleh produsen, penjual, pembeli dalam bentuk uang. Biaya dalam pengertian uang bagi seorang konsumen dianggap mewakili biaya yang sebenarnya yang dikeluarrkan oleh seorang produsen.
Secara teoritis, konsep biaya dibidang lain mempunyai kesamaan dengan bidang pendidikan, dimana lembaga pendidikan dipandang sebagai produsen jasa pendidikan ysng menghasilkan keahlian, ketrampilan, ilmu pengetahuan,karakter dan nilai-nilai.
Untuk mengetahui yang terkait dengan manfaat dan biaya pendidikan, maka akan kami jabarkan dalam makalah kami yang berjudul Konsep Pembiayaan Pendidikan.


     B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian pembiayaan ?
2.      Berapa konsep biaya dalam pendidikan ?
3.      Bagaimana cara mengukur biaya pendidikan ?


BAB II
PEMBAHASAN



A.    PENGERTIAN

Pembiayaan pendidikan adalah menitikberatkan upaya pendistribusian benefit pendidikan dan beban yang harus ditanggung masyarakat. Biaya secara sederhana adalah sejumlah nilai uang yang dinelanjakan atau jasa pelayanan yang diserahkan pada siswa. Hal yang penting dalam pembiayaan pendidikan adalah berupa besar uang yang harus dibelanjakan, dari mana sumber uang yang diperoleh dan kepada siapa uang harus dibelanjakan.
Menurut Nanang Fattah, pembiayaan pendidikan adalah jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan profesional guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengolahan pendidikan dan supervisi pendidikan.[1]
Pembiayaan adalah proses penyusunan anggaranyang merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam angka satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu.
Pembiayaan pendidikan sesungguhnya adalah sebuah analisis terhadap sumber-sumber pendapatan (revenue) dan penggunaan biaya (expenditure) yang diperuntukkan sebagai pengelola pendidikan secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

B.     KONSEP DASAR EKONOMI

1.      Karakteristik Ilmu Ekonomi
Ada beberapa karakteristik ilmu ekonomi yang dapat diketahui sebagai berikut :
a.       Ilmu ekonomi yang menanyakan barang apa (what) yang akan diproduksi, bagaimana (how) barang dan jasa itu diproduksi dan untuk siapa (for whom) barang dan jasa itu diproduksi.
b.      Ilmu ekonomi menganalisis setiap gerakan dan perubahan yang terjadi dalam ekonomi.
c.       Ilmu ekonomi mempelajari perdagangan di antara berbagai negara.
d.      Ilmu ekonomo merupakan ilmu mengenai pilihan, yaitu bagaimana orang memilih dalam menggunakan berbagai sumber daya yang relatif terbatas atau langka.
e.       Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang uang, perbankan, modal dan kekayaan.
f.       Ilmu ekonomi merupakan suatu disiplin yang berkenaan dengan efesien.
g.      Ilmu ekonomi dapat dipandang sebagai studi tentang produksi dan distribusi semua sumber-sumber yang langka.

C.    KONSEP DASAR PENDIDIKAN

1.      Karakteristik Ilmu Pendidikan
Menurut ahli pendidikan yang bernama M. J. Langefeld, ilmu pendidikan dipandang sebagai ilmu teoritis dan ilmu praktis mempelajari proses pembentukan kepribadian manusia yang dirancang secara sistematis dalam proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik baik dalam maupun luar sekolah.
Sedangkan menurut Rochman Natawijaya, ilmu pendidikan mempelajari proses pembentukan kepribadian manusi dengan kegiatan belajar yang dirancang secara sadar dan sistematik dalam interaksi antara pendidik dengan peserta didik.
Untuk mempelajari interaksi antara pendidik dengan peserta didik dipengaruhi oleh unsur psikologis, sosial dan budayadalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam kamus Webster’s New World Dictionary, pendidikan dirumuskan sebagai proses pengembangan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan bentuk formula (per sekolahan) kegiatan pendidikan mencakup proses dalam menghasilkann (production) dan transfer (distribution) ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau organisasi belajar (learning organization).
2.      Komponen-komponen Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :
a.       Kurikulum
Kurikulum ini mempunyai tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit/tersembunyi. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini yaitu, teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul pengembangan kurikulum.
b.      Belajar
Belajar merupakan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut peserta didik.
c.       Mendik dan Mengajar
Komponen ini merupakan komponen yang berkaitan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut pendidik.
d.      Lingkungan Pendidik
Komponen yan gberkenaan dengan situasi dimana interaksi belajar mengajar berlangsung.
e.       Evaluasi
Evaluasi yang berkenaan dengan prinsip, mental, teknik dan prosedur dengan cara-cara bagaiman mengenai pencapaian tujuan pendidikan. Teori yang dikembangkan mencakup teori tentang model-model penilaian, metode dan teknik, serta instrumen penilaian.
3.      Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia terdiri dari dimensi kuantitatif dan kualitatif tentang kerja. Prestasi tenaga kerja yang memasuki dunia kerja dalam jumlah waktu belajar adalah dimensi kualitatif dari SDM, sedangkan dimensi kuantitatif mencakup berbagai potensi yang terkandung pada setiap manusia.
Menurut teori human capital, yaitu suatu aliran pengeluaran yang menganggap bahwa manusi merupakan suatu bentuk kapital sebagaiman bentuk-bentuk kapital lainnya, seperti mesin, teknologi, tanah, uang, material yang menentukan pertumbuhan pruduktivitas melalui investasi dirinya sendiri. Seseorang dapat memperluas alternatif untuk memilih profesi atau pekerjaan yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan.
Strategi PSDM mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :
·         Pembatasan dan perluasan pendidkan harus diciptakan bersama, yang dilakukan upaya peningkatan relevansi pendidikan secara lebih merata dan meluas dalam berbagai jenis, panjang dan jalur pendidikan.
·         Pengembangan dan pendayagunaan IPTEK yang memungkinkan untuk menjadi sumber penggerak bagi perluasan motivasi lapangan kerja.
·         Reformasi di bidang pendidikan di negara yang sedang berkembang.
·         Di negara yang sudah maju perlu dilakukan inovasi di tiap bidang sehingga strategi PSDM lebih terfokus pada peningkatan mutu pendidikan tinggi.
·         Berdasarkan pada hasil analisis kondisi ketenagakerjaan secara lengkap yang mencakup :
a.       Kebutuhan tenaga kerja
b.      Sistem pendidikan formal dan nonformal
c.       Struktur tenaga kerja dann penggunaan tenaga kerja terdidik yang berkualitas
·         Inventarian kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek berdasarkan pada estimasi kebutuhan tenaga kerja dalam perspektif jangka panjang.

D.    KONSEP DASAR EKONOMI PENDIDIKAN

Menurut Elchanan Cohn, ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik secara perorangan maupun di dalam kelompok masyarakatnya membuat keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan latihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap dan nilai-nilai khususnya melalui pendidikan formal, serta bagaimana mendiskusikan secara merata dan adil diantara berbagai kelompok masyarakat.
Pusat perhatian dari konsep ekonomi adalah bagaiman amengalokasikan sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan yang beraneka ragam. Di indonesi sejak tahun 1978, dilakukan penghapusan SPP untuk SD untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dasar. Namun demikian, investasi dalam pemerataan pendidikan sebagai investasi SDM, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji dan diperhitungkan sebagai kriteria keberhasilan, yaitu ;
1.      Nilai baik ekonomis langsung dari suatu investasi ialah perimbangan antara biaya kesempatan (opportunity cost) dan keuntungan masa depan yang diharapkan melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja.
2.       Nilai baik ekonomis tidak langsung ialah keuntungan eksternal yang mempengaruhi pendapatan anggota-anggota masyarakat lain.
3.      Keuntungan fiskal ialah peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak yang diakibatkan oleh meningkatnya penghasilan tenaga kerja terdidik.
4.      Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil dan terlatih.
5.      Efesiensi internal dari lembaga pendidikan itu sendiri.
6.      Terciptanya distribusi kesempatan pendidikan yang semakin merata untuk semua penduduk usia sekolah.
7.      Permintaan masyarakat akan pendidikan.
8.      Dampak positif dari pemerataan kesempatan pendidikan terhadap distribusi pendapatan dan kontribusi pendidikan terhadap pengurangan angka kemiskinan.
9.      Kaitan antara investasi di sektor pendidikan dan investasi di sektor lain.

E.     MENGUKUR BIAYA PENDIDIKAN

Biaya pendidikan merupakan  bukan hanya berbentuk uang atau rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan. Biaya kesempatan ini jga sering disebut “income forgone” yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau menyelesaikan studi. Biaya pendidikan terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung atau biaya kesempatan.
Sehingga terbentuk rumus sebagi berikut :

C(SMU)=L(SMU)+K(SMU)
Keterangan :
C(SMU) = biaya pendidikan
L(SMU) = biaya langsung dibayarkan untuk bersekolah di SMU
                                    K(SMU) = jumlah rata-rata penghasilan tamatan SMP

Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil(out put) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisis biaya satuan per siswa. Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu.
Di dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu :
1.      Pendekatan Makro
Faktor utama yang menentukan dalam perhitungan biaya satuan dalam sistem pendidikan adalah kebijakkan dalam pengalokasian penganggaran pendidikan di setiap negara. Untuk membandingkan baiaya pendidikan pada setiap jenjang di setiap negara teknki yang digunakan yaitu dengan membandingkan biaya operasional pendidikan dan sumber keuangannya.
Satuan biaya pendidiakan disetiap negara sangat bervariasi. Variasi atau keragaman dalam besarnya satuan biaya disebabkan perbedaan cara penyelenggaraan pendidikan. Karakteristik pendidiakan yang memperngaruhi biaya meliputi, antara lain :
a.       Skala gaji guru dan jam terbang mengajar.
b.      Penataran dan latihan pra jabatan.
c.       Pengelempokan siswa di sekolah dan di dalam kelas.
d.      Penggunaaan metode dan bahan pengajar.
e.       Sistem evaluasi.
f.       Supervisi pendidiakan.
2.      Pendekatan Mikro.
Pendekatan mikro menganalisis biaya pendidikan berdasarkan pengeluaran total dan jumlah biaya satuan menurut jenis dan tingkat pendidikan. Biaya total merupakan gabumngan biaya-biaya per komponen inbok pendidikan disetiap sekolah. Satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per murid per tahun anggaran. Per hitungan satuan biaya pendidik dapat menggunakan formula sebagai berikut :
Sb(s,t) = f [K(s,t) dan M (s,t)]
Keteranagan :
Sb = satuan biaya murid per tahun
K = jumlah seluruh pengeluaran
M = jumlah murid
s = sekolah tertentu
t = tahun tertentu       

F.     MENGUKUR MANFAAT PENDIDIKAN

           Manfaat pendidikan disamping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial. Ada empat katagori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu :
a.       Dapat tidaknya lulusan melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.
b.      Dapat tidaknya memperoleh pekerjaan.
c.       Besarnya penghasilan yang diterima.
d.      Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya dan politik.
Untuk memperoleh pola penghasilan seumur hidup ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a.       Cross Sectional dengan jalan mengukur penghasilan dalam waktu yang bersamaan kepada sejumlah orang yeng bervariasi umumnya, kemudian dicari rata-rata penghasilan darti orang-oarang yang usianya sama.
b.      Longitudional dengan jalan mengikuti sejumlah orang yang seusia dsan penghasilannya di ukur pada setiap tingkat usianya.
Penghasilan atau gaji merupakan ukuran yang paling banyak digunakan uintuk menentukan keberhasilan pendidikan.
Ada tiga alasan yang bisa dikemukakan, yaitu sebagai berikut :
1.      Baik logika mauapun pengalaman menunjukkan bahwa mayoritas sosial bersekolah sebagai sarana untuk mendapatkan manfaat ekonomi
2.      Mudah diukur
3.      Data gaji cukup tersedia, namun demikian ada beberapa hal yang perlu ditentukan terlebih dahulu spebelum dilakukan pengukuran, yaitu :
a.       Apa gaji awal atau gaji seumur hidup.
b.      Menggunakan honor atau data kroseksional. Profil konseksional mengemukakan gaji orang-orang yang berbeda usia, tetapi sama tingkat pendidikannya pada waktu tertentu. [2]


BAB III
PENUTUP

    Kesimpulan
Pembiayaan pendidikan adalah jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan profesional guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengolahan pendidikan dan supervisi pendidikan.
          Konsep dasar pembiayaan diantaranya konsep dasar ekonomi, konsep dasar pendidikan, konsep dasar ekonomi pendidikan. Biaya pendidikan merupakan  bukan hanya berbentuk uang atau rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan. Dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro. Manfaat pendidikan disamping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial. Ada empat katagori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu :
·         Dapat tidaknya lulusan melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.
·         Dapat tidaknya memperoleh pekerjaan.
·         Besarnya penghasilan yang diterima.

DAFTAR PUSTAKA


Mulyono, MA. 2010. Konsep Pembiayaan Pemdidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Fattah, Nanang. 2009. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.






[1] Mulyono, MA. 2010, Konsep Pembiayaan Pendidikan, Jogjakarta : Ar-Ruzz. Hal. 71-72.
[2] Dr. Nanang Fattah. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2009. Hal. 11-29.
Read More >>

Makalah Kompetensi Kepala Sekolah

0
Oleh : Dyah Kurniasih
BAB I
PENDAHULUAN
     A.    Latar belakang
Lembaga pendidikan tanpa adanya kepala sekolah tidaklah dapat berjalan, akan tetapi kepala sekolah bukanlah segalanya. Kepala sekolah bertugas mengkoordinasi, mengawasi memberikan pengarahan terhadap bawahannya. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki pengetahuan yang luas terhadap maslah-masalah pendidikan.
Dengan menguasai pengetahuan yang luas tentang pendidikan kepala sekolah dapat dengan mudah mencapai visi dan misi yang telah di tetapkan. Mengingat tugas kepala sekolah yang sedemikian beratnya para pakar pendidikan merumuskan kompetensi minimal yang harus dimiliki kepala sekolah.

A.    Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
1.      Apa itu pengertian kompetensi kepala sekolah ?
2.      Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah ?
3.      Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oeleh kepala sekolah untuk bisa melaksanakan tugasnya dengan baik ?
4.      Apa saja aspek kompetensi kepala sekolah ?

BAB II
PEMBAHASAN

     A.    DEFINISI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru Menjadi Kepala Sekolah melengkapi peraturan sebelumnya yaitu UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang di antaranya mengatur bahwa penugasan menjadi kepala sekolah harus sesuai standar, karena kepala sekolah memegang peran penting, selain itu mutu pendidikan di sekolah bergantung pada kepala sekolahnya. Untuk itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan kepemimpinan standar sebagaimana diamanahkan dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi akademis dan non akademis, dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang sangat mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang dinginkan oleh masyarakat dan orangtua murid yakni tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah dapat terwujud, sehingga sekolah dengan apa yang dimiliki dapat berjalan dari berbagai bidang.
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan seseorang ketika melakukan sesuatu. Memahami visi dan misi serta memiliki integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan benar.
Sedangkan kepala sekolah adalah seorang pemimpim yang mempunyai bawahan yang dipilih dengan cara tertentu yang mempunyai tanggung jawab dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditentukan yang dibantu oleh staf. Staf merupakan sekelompok sumber daya manusia yang bertugas membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang terdiri dari guru, laboran, pustakawan, dan kelompok sumber daya manusia yang bertugas sebagai tenaga adminstrasi2.
Sebagai pejabat formal, kepala sekolah diangkat melalui proses, prosedur, dan peraturan yang berlaku. Sebagai manajer, kepala sekolah merupakan seorang perencana, organisator, dan pengendali. Dalam hal ini kepala sekolah harus memerhatikan tiga hal, yaitu proses pendayagunaan seluruh sumber organisasi, dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.





     B.     KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI KEPALA SEKOLAH

1.      Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah.
2.      Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah dan program pengajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan staf.
3.      Menjamin bahwa manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif.
4.      Bekerja sama dengan orang tua murid dan anggota masyarakat, menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat.
5.      Memberi contoh (teladan) tindakan berintegritas.
6.      Memahami, menanggapi, dan mempengaruhi lingkungan politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih luas.

     C.     KOMPETENSI  YANG  HARUS  DIMILIKI  SEORANG  KEPALA  SEKOLAH  UNTUK  BISA  MELAKSANAKAN  TUGASNYA  DENGAN  BAIK.

1.       memiliki rasa tanggung jawab yang besar atas terlaksananya seluruh kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan sekolah / pendidikan.
2.       memiliki kemampuan untuk memotivasi orang untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas.
3.       memiliki rasa percaya diri, keteladanan yang tinggi dan kewibawaan.
4.      dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.
5.       mampu membimbing, mengawasi dan membina bawahan (guru) sehingga masing-masing guru memperoleh tugas yang sesuai dengan keahliannya.
6.       berjiwa besar, memiliki sifat ingin tahu dan memiliki pola pikir berorientasi jauh ke depan.
7.       berani dan mampu mengatasi kesulitan.
8.      selalu melakukan inovasi di segala hal. menjadi tuntutan yang perlu dimiliki oleh seorang kepala sekolah.

Delapan kompetensi di atas merupakan syarat ideal kepala sekolah dalam membangun pendidikan ditengah-tengah tuntutan jaman dan tuntutan masyarakat. Jika 8 kompetensi ideal tadi belum bisa terpenuhi, maka ideal minimal seorang kepala sekolah adalah memiliki idealisme untuk memajukan sekolah, memajukan profesionalisme guru, memajukan kreatifitas siswa dan membangun soft skill komunitas sekolah yang dipimpinnya.
Siapapun kepala sekolah yang memimpin suatu sekolah apabila mampu melakukan fungsi komunikasi yang baik dengan semua pihak, maka penilaian yang umum diberikan oleh guru, siswa, staf dan masyarakat sudah cukup untuk menyatakan bahwa kepala sekolah tersebut adalah kepala sekolah yang ideal.


     D.     ASPEK  KOMPETENSI  KEPALA  SEKOLAH

Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah, setiap kepala sekolah harus memenuhi lima aspek kompetensi, yaitu kepribadian, sosial, manajerial, supervisi, dan kewirausahaan.

A.   Kepribadian

1.      Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
2.      Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
3.      Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
4.      Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
5.      Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah.
6.      Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

B.   Manajerial

1.      Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
2.      Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
3.      Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.
4.      Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
5.      Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
6.      Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
7.      Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
8.      Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah.
9.      Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
10.  Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
11.  Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
12.  Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
13.  Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
14.  Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
15.  Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
16.  Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

C.   Kewirausahaan

1.      Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
2.      Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
3.      Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4.      Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
5.      Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.


D.   Supervisi

1.      Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
2.      Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
3.      Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

E.    Sosial

1.      Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
2.      Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
3.      Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Banyaknya kepala sekolah yang kurang memenuhi standar kompetensi ini tak terlepas dari proses rekrutmen dan pengangkatan kepala sekolah yang berlaku saat ini. Di sejumlah negara, untuk menjadi kepala sekolah, seseorang harus menjalani training dengan minimal waktu yang ditentukan. Sebagai contoh di Malaysia, menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi kepala sekolah, Singapura dengan standar 16 bulan pelatihan, dan Amerika, yang menetapkan lembaga pelatihan untuk mengeluarkan surat izin atau surat keterangan kompetensi.

 BAB III
KESIMPULAN

Kepala sekolah dalam melaksankan tugasnya untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan tidaklah bekerja sendiri, namun dibantu oleh stafnya. Tingkat kompleksitas kerja yang rumit menuntut adanya kompetensi tambahan lebih luas.
Adapun kompetensi diatas menurut Hariati Tinuk adalah sebagai berikut, seorang kepala sekolah memiliki rasa tanggung jawab yang besar atas terlaksananya seluruh kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan sekolah/pendidikan, memiliki kemampuan untuk memotivasi orang untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas, memiliki rasa percaya diri, keteladanan yang tinggi dan kewibawaan, dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan  masyarakat dan dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah, mampu membimbing, mengawasi dan membina bawahan (guru) sehingga  masing-masing guru  memperoleh tugas yang sesuai dengan keahliannya, berjiwa besar, memiliki sifat ingin tahu dan memiliki pola pikir berorientasi jauh ke depan, berani dan mampu mengatasi kesulitan dan yang terakhir selalu melakukan inovasi di segala hal. menjadi tuntutan yang perlu dimiliki oleh seorang kepala sekolah.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
http://www.puskur.net/download/uu/50Permen_13_2007_Stdr-KepSek.pdf


Read More >>